"Karena cinta, maka manusia bisa bersabar", demikian yang pernah disampaikan oleh budayawan, Cak Nun. Berpondasikan cinta dan empati terhadap ABK khususnya anak tunagrahita, maka diselenggarakanlah diskusi ringan bertajuk "Membangun Empati untuk Peduli Pendidikan dan Pemberdayaan Anak Tunagrahita"
Tujuan dari kegiatan ini adalah membentuk suatu komunitas yang mempunyai komitmen gerakan nyata yang berpihak kepada anak tunagrahita dan juga untuk mewujudkan masyarakat inklusif yang secara sukarela memberikan ruang dan kesempatan bagi anak tunagrahita untuk berkarya/bekerja.
Sebanyak 40 tokoh yang hadir dalam diskusi ini, diantaranya adalah Bapak Dian Risdiyanto selaku tokoh pemerhati tunagrahita, Bapak Danuswanto dari Dewan Pendidikan DIY, Bapak Riyoto dari TVRI Yogyakarta, Bapak Bambang Resi dari Radio RB Yogyakarta, Bapak Rejokirono dari YAPPASTI, ABK tunagrahita dan orangtua, Bapak Bambang Triatmoko owner DJ Collection, dan Bapak Hendri dari Batik Bixa.
Dari kegiatan ini diperoleh sudut pandang dan kesadaran yang sama tentang pemberdayaan anak tunagrahita. Anak yang tengah menyelesaikan pendidikan di SLB maka dibekali dengan keterampilan, sehingga nantinya ia dapat hidup mandiri dan mengurus kebutuhannya sendiri. Dari sinilah dipaparkan suatu alur layanan pendidikan sebagaimana tergambarkan pada diagram berikut. Dari kegiatan ini terbentuklah komunitas pemberdayaan anak tunagrahita yang insyaa Allah menyelenggarakan pertemuan rutin 3 bulan sekali guna melaksanakan gerakan nyata bagi anak tunagrahita.
0 coment�rios :
Posting Komentar