Alhamdulillah, puji syukur yang utama dan terutama, kita panjatkan kepada Tuhan Yang Mahapengasih, Allah SWT, atas kasih sayang-Nya kepada kita. Sholawat dan salam tercurah kepada Rasulullah SAW, suri tauladan kita semua.
Presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno, menyatakan
slogannya “Jas Merah”, yang artinya jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.
Pepatah menyatakan, past is the key to
the present. Dalam kitab suci pun banyak dikisahkan kisah-kisah umat
terdahulu, dengan harapan agar manusia mampu mengambil ibrah atau pelajaran. Jika kita melihat sejarah halal bihalal, maka
teringatlah kita akan tokoh Sultan Agung yang mengundang seluruh rakyatnya
untuk silaturahim ke keraton pada bulan Syawal untuk bersilaturahim, saling
memaafkan kesalahan antara raja dengan abdi dan rakyatnya, setelah itu
bersantap makan bersama. Hal itu pulalah yang menjadi referensi Bung Karno
ketika itu dalam upayanya menyatukan dan merukunkan kembali para bangsawan dan
elit politik yang pada saat itu berselisih, selanjutnya beliau sowan kepada
Kyai Wahab Hizbullah yang kemudian hal ini dinamakan halal bihalal. Dan pada
saat ini, kegiatan ini masih dilestarikan oleh hampir seluruh rakyat Indonesia,
umat Islam khususnya dan semua umat pada umumnya yang ikut melaksanakan.
Ini adalah tradisi sosial, yang mengambil momen Idul Fitri,
yang secara bahasa artinya kembali berbuka setelah sebulan penuh berpuasa. Maka
dari itu pada Idul Fitri ini umat Islam dilarang berpuasa dan justeru
diperintahkan berbuka. Oleh karena itu di beberapa daerah ada makanan khas idul
fitri seperti opor ayam, ketupat, lepet, yang mana diantara makanan khas
tersebut memiliki arti dan filosofi masing-masing. Alhamdulillah kita besar dan
dilahirkan di Indonesia dengan beraneka ragam kekayaannya, baik kekayaan alam
maupun kekayaan intelektual.
Tahun ini, SLB Bhakti Pertiwi melaksanakan kegiatan halal
bihalal di kediaman Bapak Rudianto, S.Pd. yang mana beliau adalah suami dari
Ibu Khamim Nur Muti’ah, S.Pd. Acara dimulai seperti biasa, yakni dari
pembukaan, pembacaan ayat suci Al Qur’an, pengucapan ikrar halal bihalal,
sambutan kepala sekolah, ceramah dengan tema sesuai acara, penutup dilanjutkan
makan bersama. Pada kesempatan ini yang bertugas sebagai MC adalah Sudiya,
S.Pd., Al Qur’anul Kariim dibacakan Ananda Husna, putri Bapak Rudianto, ikrar
dipimpin Agus Tri Yuniawan, S.Pd.I., sambutan oleh Drs. Edy Dwiyanta dan
ceramah oleh beliau al mukaram Drs. Ahmad Alim Nurwahid.
Yang menarik dari kegiatan ini adalah ceramah beliau al
mukaram Drs. Ahmad Alim Nurwahid yang begitu detail tentang halal bihalal dan
seputar peristiwa sehari-hari. Misalnya peristiwa memakai sandal tanpa ijin
ketika hendak wudhu, ini termasuk ghosob,
alias meminjam tanpa meminta ijin yang empunya, tidak boleh. Memungut buah
yang telah jatuh di jalan, ini ternyata juga dikenai hukum yang serupa. Hal-hal
kecil yang mungkin kita lakukan di keseharian kita ternyata memiliki kaidah
hukum padanya.
Bapak ibu guru yang mendengarkan isian ceramah beliau terlihat
menggut-manggut dan nampaknya mendapatkan pengetahuan baru, termasuk penulis.
Harapannya adalah hal ini menjadikan pencerahan bagi kita semua, yang mana
pencerahan itu adalah lebih tinggi derajatnya daripada rasa mendapatkan
pengetahuan baru. Karena secara definisi bahwa pencerahan berarti terjadi
pergeseran neurologis pada diri, yang dengan itu terjadilah perubahan tingkah
laku pada individunya. Yang barangkali dalam sudut pandang agama penulis
menyebutnya sebagai “hidayah” dari Tuhan, Allah SWT.
0 coment�rios :
Posting Komentar