Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT,
Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam tercurah kepada Rasulullah SAW.
Di bulan syawal ini, umat Islam merayakan Idul Fitri
yang artinya kembali berbuka setelah sebulan berpuasa Ramadhan. Setelah menunaikan
shalat ied, masyarakat berbaur untuk bermaaf-maafan. Ada yang saling bermaafan
di lapangan ada juga yang keliling kampung door
to door sembari bersilaturahim. Berbagai macam hidangan dan cemilan pun nampak
rapi berjajar di meja untuk menyuguh tetangga dan tamu yang datang. Pada momen
ini, uniknya, untuk kesekian kalinya orang yang lebih tua mengakui kesalahan, “aku wong tuwo sing akeh lupute… dst..dst”, tetapi
itu tentu diawali dari yang lebih muda untuk meminta maaf. Ada apa dengan
peristiwa memaafkan tersebut? Inilah yang hendak penulis ulas pada kesempatan
ini.
Sudut Pandang Agama
Memaafkan artinya memberi maaf kepada orang lain atas
kesalahan yang disengaja maupun yang tidak disengaja dan telah ataupun mungkin
menggores hati. Dalam sudut pandang agama, ada banyak sekali pembahasan
mengenai memaafkan ini. Namun disini penulis memilih satu diantaranya. Dalam riwayat
diceritakan kepada sahabat bahwa ada seseorang yang disebut Rasulullah SAW
sebagai calon penghuni syurga. Selanjutnya sahabat penasaran lalu meminta ijin
kepada orang yang disebut sebagai calon penghuni syurga tersebut untuk tinggal
3 hari di rumahnya. Tujuannya adalah, sahabat ingin tahu amalan apakah yang
begitu istimewa sehingga Rasulullah SAW menyebutnya sebagai calon penghuni
syurga. Setelah 3 hari, sahabat tidak menjumpai amalan unik pada orang
tersebut. Akhirnya dengan berterus terang sahabat bertanya, “Amalan apakah yang
membuat Rasulullah menyebutmu sebagai calon penghuni syurga?”, lalu orang
tersebut menjawab, “Amalanku adalah biasa saja sebagaimana ibadah-ibadah yang biasa
kita semua lakukan, dan engkau pun telah menyaksikannya. Namun aku juga selalu
memaafkan orang lain sebelum aku tidur.”
Demikian tersebut salah satu yang berkaitan dengan
kegiatan memaafkan. Dalam agama, memaafkan orang lain dapat mengantarkan orang
untuk mendapatkan ridho Tuhan, Allah SWT, yang mana dengan ridho tersebut orang
bisa masuk syurga.
Sudut Pandang Psikologi
Bahwa memang setiap orang memiliki kecenderungan untuk
menjalin hubungan dengan orang lain. Namun terkadang jalinan hubungan tersebut
terganggu akibat gesekan-gesekan psikis sehingga orang harus minta maaf dan
memaafkan. Ahli psikologi mengategorikan perilaku memaafkan ini dalam 3 yaitu:
REVENGE, yang berarti sulit memaafkan karena masih ingin menuntut balas dendam.
AVOIDANCE, yaitu masih ingin menjaga jarak dulu. POSITIVE RESPONSE, yang
berarti sudah memiliki keinginan untuk berdamai. Jadi proses memaafkan ini
terjadi jika (1) keinginan untuk menuntut telah nol, (2) sudah tidak ada
keinginan menjaga jarak lagi, (3) sudah ingin merasa lebih damai. Jika yang 3
tersebut telah dilalui, maka selesailah proses memaafkan.
Dengan demikian, memaafkan itu perlu tahapan-tahapan,
dan setiap orang memiliki ritmenya masing-masing. Sebagaimana luka fisik, dari
proses berdarah-darah, lalu luka mengering diikuti gatal-gatal, dan akhirnya
sembuh total. Begitu juga memaafkan, hal ini prosesnya natural, senatural
sembuhnya luka fisik. Jadi, seandainya manusia merasa tersakiti oleh orang
lain, tahap awal manusia harus jujur pada diri sendiri, bahwa perasaannya memang
terluka. Jangan berpura-pura bahwa baik-baik saja. Jika belum bisa memaafkan
dan perlu menjaga jarak, maka jujurlah pada diri sendiri bahwa belum bisa
memaafkan dan perlu menjaga jarak dulu. Telah banyak orang yang terluka
batinnya dan larut dalam kepura-puraan itu, dan hasilnya, proses memaafkannya
menjadi lama, karena orang tersebut juga ‘bertempur’ dengan dirinya sendiri. Jadi
memang dalam proses memaafkan itu terdapat tahapan-tahapan, dan kecepatan
setiap orang berbeda-beda dalam menjalaninya, dan ini alami.
Sudut Pandang Kesehatan
Memaafkan akan membuat orang lebih tenang dari sebelum
memaafkan. Efek tenang tersebut karena produksi hormon kortisol dalam tubuh
berkurang dari berlebih menjadi normal. Sebagaimana kita tahu, hormon kortisol menjadi
berlebih ketika tubuh sedang dalam keadaan stress atau depresi. Jika berlebihan,
hormon ini memiliki efek merusak bagi tubuh. Selain hormon kortisol yang menjadi
normal, maka dihasilkan pula hormon serotonin, yang membuat tubuh menjadi
nyaman dan rileks.
Selain sistem hormon, peredaran darah juga
terpengaruh. Maksudnya adalah, orang yang sulit memaafkan, pendendam, maka
memiliki kecenderungan tekanan darah tinggi. Jika hal ini dibiarkan, maka
berakibat kerja jantung menjadi lebih berat. Tidur tidak nyenyak, makan kurang
merasa nikmat. Jika diterus-teruskan, maka tubuh tidak bisa menopang hidup
lagi.
Demikianlah 3 hal dibalik proses memaafkan. Ya Tuhan,
semoga engkau menjadikan aku pemaaf terhadap diriku sendiri dan terhadap orang
lain. Selamat Idul Fitri, semoga Allah menerima amal ibadahmu dan ibadahku.
Aamiin.
(agz)
0 coment�rios :
Posting Komentar