Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan YME, Allah SWT. Sholawat dan salam tercurah kepada Rasulullah SAW.
Tulisan ini diawali dengan sebuah video oleh Alm. Chrisye yang berjudul ketika tangan dan kaki berkata. Hubungannya dengan judul adalah bahwasannya sebagai guru SLB yang selalu berkecimpung di dunia pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus tentu ada tantangan-tantangan dalam menjalankan tugas dan kewajiban. Tantangan yang terbesar adalah diri guru sendiri. Dikatakan demikian karena dalam menjalankan tugas mungkin saja guru 'lupa' akan tujuan hakiki yang hendak dicapai, sehingga dengan lupa tersebut guru ada kalanya tidak memberikan pemaknaan akan tugasnya secara penuh.
Nasib guru pada aspek finansial masa kini tentu saja lebih baik dibandingkan dengan guru pada jaman Umar Bakri, meskipun tidak dipungkiri masih ada juga guru-guru honorer yang perlu mendapat perhatian, dan hal tersebut memang wajar terjadi karena kemampuan pemerintah yang terbatas. Namun yang perlu disyukuri adalah hak memberikan rejeki kepada guru tidak diletakkan pada tangan pemerintah, melainkan sepenuhnya hak Tuhan Yang Mahakuasa, sehingga sekalipun guru honorer belum mendapatkan income dari mengajarnya sebagaimana yang diterima teman-temannya yang pegawai negeri, alhamdulillah masih dapat melanjutkan hidup.
Yang terpenting adalah bagaimana tugas yang kini dilaksanakan dapat mengantarkan ke kehidupan yang lebih baik setelah hidup di dunia ini. Tentu hal ini yang perlu ditanamkan dalam pola pikir guru. Dengan mengetahui hal ini, manfaatnya secara riil adalah guru dapat melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, dengan memaknai tugas dengan sepenuhnya. Dengan demikian toh keinginan guru SLB siapapun statusnya, andaikan tercapai maka tidak mengalami euforia yang melenakan dan sekalipun belum menerima apa yang diinginkan juga tidak sedih-sedih amat.
Tulisan seperti ini memang sesekali perlu dibuat, karena memang tidak dipungkiri penulis dan guru-guru SLB lainnya tentu mengalami dinamika sebagai manusia, terkadang kepercayaan menguat dan melemah yang dalam sudut pandang keagamaan disebut iman. Sehingga kemana pun akal pikiran aksi dan sepak terjang kita dalam mengajar ABK maka kewajiban kitalah untuk selalu kembali melihat kedalam diri sendiri. "Gantungkanlah cita-citamu setinggi langit", begitu kata Bung Karno, tetap tegakkanlah kepalamu, jangan mundur, jangan berhenti derapkanlah kakimu dimuka bumi, jikalau ada kalanya saudara-saudara merasa bingung, jikalau ada kalanya saudara hampir berputus asa, maka kembalilah ke amanat penderitaan rakyat. Tentu perkataan Bung Karno ini bukanlah sabda apalagi firman. Namun disitulah 'ghiroh' atau nilai-nilai semangat yang mewarnai perjalanan tugas seorang guru, dan amanat penderitaan rakyat menggambarkan betapa kita, manusia, ini sangat lemah sehingga selalu membutuhkan Tuhan Yang Mahapengasih.
(agz)
0 coment�rios :
Posting Komentar