Sumber : Here |
Penulis memberikan judul tersebut diatas karena memang pada
saat ini telah banyak beredar konten-konten pornografi dari media yang biasa
diakses anak. Harapannya adalah agar orangtua menyadari hal ini sehingga memberikan
langkah preventif demi menyelamatkan anak.
Definisi pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara
erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu birahi. Penulis mengangkat
materi ini karena sebagaimana kita tahu bahwa konten-konten pornografi pada
masa sekarang ini sangat mudah dijumpai di setiap tempat, misalnya di sampul
majalah, iklan, tayangan televisi, gadget, koran, dan yang paling mudah
ditemukan adalah di internet. Jikalau pada beberapa dekade yang lalu orang
hanya dapat mendapatkan melalui vcd yang diedarkan secara sembunyi-sembunyi,
maka keadaannya adalah sangat berbeda dengan sekarang.
Mengapa yang diangkat tema adalah anak? Karena kita tahu,
bahwa anak pada periode 0-6 tahun, memiliki identitas diri yang masih rendah. Jika
informasi yang diinput adalah negatif, maka akan membekas dalam diri anak
tersebut. Psikolog anak, Hilman Al Madani, dalam acara pelatihan Internet CAKAP
di pt. Kanisius Yogyakarta pekan lalu menyampaikan bahwa informasi yang masuk berulang-ulang maka membentuk struktur
berpikir pada anak, struktur berpikir merubah struktur otak dan akhirnya
struktur otak membentuk struktur kepribadian pada anak.
Disampaikan lebih lanjut bahwa dampak pornografi bagi anak
adalah:
- Psikis, yakni perasaan bersalah, takut, malu, merasa rendah diri, sering menghayal dan akhirnya stress.
- Menurunnya fungsi otak karena terjadi penyempitan korteks dan berakhir dengan kerusakan otak
- Endingnya adalah merangsang anak untuk melakukan tindakan criminal dan asusila.
PFC, Sumber: Disini |
Kerusakan otak yang dimaksud adalah kerusakan pada bagian
Pre Frental Cortek (PFC) yang berfungsi membedakan hal baik dan jelek, yang
berkaitan dengan norma-norma. Hal ini karena saat menyaksikan konten porno,
maka otak memproduksi dopamine, yaitu zat yang menyebabkan efek senang, dopamine
ini diproduksi berlebihan karena dirangsang oleh input porno yang dia saksikan,
jika ini berlanjut, maka mempengaruhi perilaku anak. Konsentrasi menurun,
ingatan terbayang-bayang pornografi, dan banyak perubahan perilaku lainnya.
Konten pornografi ini bisa didapat dengan mudah oleh anak,
melalui teman-temannya, gadget, dan lain-lain. Ironisnya, sekalipun anak
awalnya tidak mempunyai keinginan dan bahkan belum terbayang sedikitpun
sebelumnya, tetapi jika sering terpapar hal-hal yang berbau pornografi, maka
bagian tertentu dari otak anak akan aktif sehingga akan timbul rasa ingin tahu
yang lebih. Contoh riilnya adalah dari beberapa tayangan iklan di televise yang
menampilkan hal-hal yang berpotensi membangkitkan nafsu birahi, melalui
game-game yang tokohnya wanita, melalui konten youtube, melalui iklan pop up
(iklan yang tiba-tiba muncul saat kita browsing di internet), dan masih banyak
lainnya.
HP anak-anak yang di password |
Hal-hal riil yang penulis lakukan dalam ikhtiar mendampingi anak didik adalah dengan memberikan pengertian secara
berkala. Selain itu, penulis bersama teman guru yang lain secara rutin
mengumpulkan handphone bagi anak yang membawanya dan mengecek secara berkala. Menariknya,
anak-anak ini sudah pintar dalam menggunakan handphone. Bayangkan, anak SLB
tunarungu, tunagrahita ringan, seusia SMP, SMA, yang memiliki dan membawa
handphone, 9 dari 10 anak tersebut memasang password di handphonenya. Ada yang password
pola, bahkan setiap direktori dipasang satpam sehingga setiap guru hendang
mengecek gallery, pesan singkat, dll, harus memasukkan kata kunci. Ini adalah
temuan-temuan yang patut mendapat perhatian dan dimusyawarahkan bersama anak.
Alasan terkuat mengapa kita perlu memperhatikan hal tersebut
adalah demi menyelamatkan anak dari hal-hal yang membahayakan jiwa dan raganya.
Alasan jangka panjang adalah supaya kelak di pengadilan Tuhan kita tidak
menjadi musuh satu sama lain. Maksudnya? Yaitu ketika kelak anak-anak kita ini
diperiksa, diinterogasi, mengapa tidak
selamat? Maka jika anak-anak menjawab “salahkan
guru-guru, orangtua-orangtua kami yang tidak mengingatkan kepada kami, salahkan
mereka yang tahu kami berbuat salah tetapi mereka membiarkan kami”.
Mari bersama-sama menjalankan tugas sebagai Agen Perubahan
Informatika, dengan tujuan meraih keselamatan. Salam.
(bersambung)
(agz)
Pengurus IGI Yogya ketika diwawancarai jurnalis |
0 coment�rios :
Posting Komentar